Indeks
Kesiapan Berjejaring Indonesia 2012
Salah satu faktor yang menentukan kemenangan
pasangan Jokowi-Basuki dari Fauzi-Nachrowi dalam Pilkada DKI minggu lalu adalah
penggunaan yang intensif dari teknologi informasi dan komunikasi dalam
menyebarluaskan visi dan program, menarik perhatian pemilih baru, melawan
berbagai isu yang dilontarkan di forum nyata, dan lain-lain. Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK), yang berwujud telpon genggam dan komputer
sebagai raga dan kandungan informasi (internet) sebagai nyawa, yang saling
terhubung melalui kabel atau gelombang udara, memang telah memasuki berbagai
ranah kehidupan. Perkembangan TIK berlangsung pesat di seluruh dunia, dan
memberikan dampak yang besar pada perorangan, bisnis dan pemerintah. TIK
mengurangi kendala jarak fisik, jarak psikologis, dan jarak ekonomi;
memungkinkan orang untuk berkomunikasi dan menyumbangkan informasi dan gagasan
secara bebas ke seluruh dunia dalam waktu sekejap.
Sudah
terbukti di banyak negara bahwa TIK mendorong inovasi dan kreativitas, menambah
lapangan kerja, meningkatkan produktivitas. Dijitisasi informasi juga selain
mewujudkan pemilu yang demokratis, cepat dan murah seperti di Jakarta
tersebut, juga memperluas akses publik
terhadap layanan pemerintah, meningkatkan transparansi, mengurangi korupsi;
mendorong terbentuknya berbagai komunitas sehingga meningkatkan keguyuban
(kohesivitas) sosial, dan tentunya juga meningkatkan kecerdasan dan kesehatan
bangsa. Namun tidak setiap negara memperoleh manfaat yang sama besarnya, ada
faktor-faktor lain yang juga berpengaruh.
Atas
dasar pertimbangan itulah, World Economic Forum (WEF) dan INSEAD meneliti
perkembangan TIK, penggunaannya dan dampaknya di seluruh dunia, dan menuangkan hasilnya dalam suatu indeks
yang terukur sehingga dapat diperbandingkan antara satu negara dengan negara
lain.[1] Ada empat hal utama yang diteliti, yaitu:
• kerangka peraturan dan sikap
pemerintah terhadap ekonomi terkait dengan perkembangan TIK;
• tingkat kesiapan negara (pemerintah,
bisnis dan perorangan) untuk menggunakan sarana dan prasarana TIK;
• upaya yang dilakukan para pelaku untuk
meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan TIK dan bagaimana menggunakan
kemampuan itu dalam kehidupan sehari-hari; dan
• dampak ekonomi dan sosial yang
diperoleh negara dari penggunaan TIK.
Diharapkan
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing negara dalam berbagai
aspek TIK tersebut, maka para pengambil keputusan dapat merumuskan kebijakan
dan program pengembangan TIK secara lebih tepat lagi. Upaya pemerintah tidak
tidak cukup hanya memperluas akses, tetapi juga sejak awal mengembangkan ragam
aplikasi dan penggunaannya untuk berbagai bidang kehidupan secara produktif
sesuai dengan kebutuhannya. Dengan memahami TIK ini, pemerintah dituntut tidak
hanya menonton perkembangan yang terjadi atau hanya menggunakannya karena
alasan “yang lain juga menggunakan”, tetapi mengarahkan dan mendorong
perkembangannya sehingga memberi dampak yang maksimal terhadap kehidupan dan
kesejahteraan rakyat.
Indeks
Kesiapan Berjejaring
Laporan
tahunan The Global Information Technology Report 2012 yang diterbitkan WEF dan
INSEAD memuat urutan negara-negara di dunia menurut Indeks Kesiapan Berjejaring
(Networked Readiness Index). Indeks Kesiapan Berjejaring (selanjutnya disingkat
IKB) mengukur tingkat kemajuan negara-negara atas dasar kecanggihan teknologi
informasi dan komunikasinya. IKB
dibangun dari 4 unsur atau sub-indeks, dan setiap sub-indeks dibentuk
dari 10 pilar, dan setiap pilar dibentuk dari beberapa indikator. Total ada 53
indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi ini. Ke empat sub-indeks tersebut adalah lingkungan (environment),
kesiapan (readiness), penggunaan (usage) dan dampak (impact). Ke 10 pilar dan
beberapa indikator penting akan diuraikan saat menjelaskan hasil perlombaan antar
bangsa dalam kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi berikut ini.
a.
Tingkat Global
Pada
tingkat global, juara pertama lomba kecanggihan teknologi informasi dan
komunikasi menurut WEF tahun ini adalah Swedia, disusul oleh negara tetangga
Singapura, kemudian negara-negara Eropa lain (Finlandia, Denmark, Swiss,
Belanda, Norwegia), selanjutnya AS, Kanada dan Inggris. Negara Asia lain yang
menempati posisi puncak adalah Taiwan (ke 11), Korea Selatan (ke 12), Hong Kong
(ke 13), dan Jepang (ke 18).[2] Indonesia sendiri ternyata berada pada
peringkat ke 80 dari 142 negara yang disurvei.
b.
Tingkat ASEAN
Pada
tingkat Asia Tenggara, setelah Singapura, Malaysia adalah negara yang tertinggi
tingkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasinya, disusul oleh Brunei
Darussalam dan Thailand, baru kemudian Indonesia dan negara-negara lain.
Perbedaan peringkat antara juara ke dua (Malaysia, ke 29) dan ke 3 (Brunei
Darussalam, ke 54) sangat jauh, yaitu 25 tingkat, demikian juga antara negara
peringkat ke tiga dan ke empat (Thailand, ke 77) cukup jauh (17 tingkat). Lihat
Tabel 1. Sedangkan antara Indonesia (ke 80) dan Thailand (ke 77) hanya terpaut
3 tingkat. Perbedaan antara peringkat Indonesia dengan negara-negara yang
peringkatnya lebih tinggi mengindikasikan akan sulitnya Indonesia mendapat
medali perunggu dalam bidang IT di ASEAN, yang saat ini dipegang oleh negara
tetangga yang berpenduduk hanya 400 ribu jiwa (Brunei Darussalam), apalagi
untuk mengungguli juara kedua, yaitu Malaysia.
Pada
pihak lain, perbedaan peringkat antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN
lain yang peringkatnya lebih bawah, ternyata tidak terlalu jauh, hanya terpaut
3 tingkat, yaitu Vietnam (ke 83) dan Filipina (ke 86). Ini artinya, Indonesia
dengan mudah dapat dilampaui oleh ke dua negara tersebut. Adapun negara-negara
ASEAN lain yang berada di urutan terbawah adalah Kambodia (ke 108) dan negara
tetangga dekat Timor Leste (ke 132). Dibandingkan dengan China (ke 51) dan
India (ke 69), Indonesia juga tertinggal relatif jauh, yaitu 30 dan 10 tingkat
berturut-turut.
Tabel
1. Indeks Kesiapan Berjejaring ASEAN, China dan India; 2012
No Negara Indeks
Kesiapan Berjejaring
1 Singapura 2
2 Malaysia 29
3 Brunei Darussalam 54
4 Thailand 77
5 INDONESIA 80
6 Vietnam 83
7 Filipina 86
8 Kambodia 108
9 Timor-Leste 132
10 China 51
11 India 69
Sumber:
WEF (2012), diolah (semua tabel)
Faktor
Penentu Peringkat
Seperti
dijelaskan di depan, Indeks Kesiapan Berjejaring ditentukan oleh empat
sub-indeks. Di antara ke empat sub-indeks ini, peringkat yang terbaik ada pada
sub-indeks lingkungan peraturan dan inovasi bisnis (ke 72) dan kesiapan sarana
dan prasarana (ke 74), dan peringkat lebih rendah dalam aspek penggunaan IT (ke
85) dan dampak terhadap ekonomi dan sosial (ke 86). Perbandingan dengan negara
lain adalah sebagai berikut. Secara umum, peringkat untuk masing-masing
sub-indeks sama dengan peringkat untuk Indeks Kesiapan Berjejaring, hanya dalam
beberapa sub-indeks terdapat perbedaan.
Dalam hal kesiapan sarana dan prasarana TIK, peringkat Indonesia (ke 74)
sedikit lebih baik daripada Thailand (ke 75) dan Brunei Darussalam (ke 87).
Sebaliknya, dalam aspek dampak IT, Indonesia (ke 86) tertinggal dari Vietnam
(ke 79), dan Filipina (ke 84).
Dibandingkan dengan China dan India, Indonesia hanya lebih baik dari
India (ke 78) dalam aspek lingkungan. Lihat Tabel 2.
Tabel
2. Indeks Kesiapan Berjejaring ASEAN, China dan India menurut Sub-indeks; 2012
Negara Lingkungan Kesiapan
Penggunaan Dampak
1 Singapura 1 8 5 1
2 Malaysia 23 55 29 24
3 Brunei Darussalam 57 87 41 50
4 Thailand 59 75 83 85
5 INDONESIA 72 74 85 86
6 Vietnam 96 86 69 79
7 Filipina 111 77 86 84
8 Kambodia 89 106 111 110
9 Timor-Leste 129 117 131 133
10 China 64 66 51 41
11 India 78 64 78 52
Dalam
sub-indeks lingkungan, ada dua pilar yang dipertimbangkan, yaitu pilar lingkungan politik dan peraturan,
dan pilar lingkungan bisnis dan inovasi. Dalam pilar lingkungan politik dan
peraturan yang terkait dengan TIK, Indonesia perlu belajar dari Vietnam dan
Kambodia yang menempati peringkat lebih baik. Sedangkan dalam pilar lingkungan
bisnis dan inovasi, peringkat Indonesia (ke 64) lebih baik dari Brunei Darussalam
(ke 76).
Kemampuan
suatu negara dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tergantung
pada kesiapannya. Dalam sub-indeks Kesiapan ini, Indonesia menempati posisi di
tengah-tengah (ke 74). Posisi ini tentu saja tidak menggembirakan karena sebagian
besar negara adalah negara berkembang. Jadi diantara negara-negara berkembang
pun, kesiapan bangsa Indonesia dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi tidak lebih maju. Aspek kesiapan ini ditentukan oleh infrastruktur,
kandungan/aplikasi dijital dan keterjangkauan pengguna untuk membeli dan
menggunakan sarana informasi dan komunikasi. Dibandingkan negara-negara ASEAN
lain, Indonesia unggul dalam aspek
aplikasi dijital (peringkat ke 34), hanya Singapura dan Thailand yang mengalahkan Indonesia. Sedangkan dalam aspek
infrastruktur pendukung, Indonesia menempati posisi jauh di belakang (ke 103).
Dalam aspek keterjangkauan, posisi Indonesia (ke 69) relatif sama dengan
Vietnam, Thailand dan Filipina.
Ditinjau
dari aspek penggunaan teknologi IT oleh perorangan, bisnis dan pemerintah
(sub-indeks ke 3), Indonesia masih harus belajar dari negara-negara ASEAN dan
dari China dan India. Secara keseluruhan peringkat Indonesia adalah yang ke 85,
berada di belakang Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan
Thailand. Faktor utama dibalik tingkat penggunaan yang rendah ini adalah
penggunaan oleh perorangan (peringkat ke 103) yang tidak semaju negara-negara
ASEAN lain. Namun dunia bisnis di
Indonesia lebih maju dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ke
49) dibandingkan negara-negara ASEAN lain, kecuali Singapura (ke 14) dan
Malaysia (ke 27). Dibandingkan China (ke 51) dan India (78), Indonesia juga
secara keseluruhan masih tertinggal.
Selanjutnya
dalam hal dampaknya pada perekonomian dan kehidupan sosial (sub-indeks ke 4),
Indonesia berada pada posisi yang relatif tertinggal. Secara keseluruhan,
peringkat Indonesia adalah di urutan ke 86, jauh di belakang Singapura (ke 1),
Malaysia (ke 24) dan sebagian negara-negara ASEAN lain, serta dari China (ke
41) dan India (ke 52). Ketertinggalan Indonesia ini disumbang oleh kenyataan
bahwa ICT di Indonesia berpengaruh relatif kecil terhadap perekonomian (ke
106), bandingkan dengan India yang menempati urutan ke 41. Dampak terhadap
kehidupan sosial (ke 66), lebih baik dari bidang perekonomian (ke 106),
fenomena yang tampak jelas saat proses pilkada DKI berlangsung.
Secara
keseluruhan dari sepuluh pilar pembentuk Indeks Kesiapan Berjejaring, pilar
terbaik adalah Keterjangkauan (ke 34) dan Penggunaan Bisnis (ke 49). Sedangkan
pilar terburuk adalah Penggunaan Perorangan (ke 103) dan Dampak Ekonomi (106).
Lihat Tabel 3.
Tabel
3. Indeks Kesiapan Berjejaring Indonesia menurut Pilar; 2012
No Pilar Peringkat
1 Keterjangkauan 34
2 Penggunaan bisnis 49
3 Lingkungan bisnis dan inovasi 64
4 Dampak sosial 66
5 Keterampilan 69
6 Penggunaan pemerintah 75
7 Lingkungan politik dan peraturan 88
8 Infrastruktur dan aplikasi dijital 103
9 Penggunaan perorangan 103
10 Dampak ekonomi 106
Indikator
Terbaik dan Terburuk
Dari
53 indikator yang dijadikan dasar untuk menghitung Indeks Kesiapan Berjejaring,
empat indikator berada di kelompok 40 besar dunia, yaitu keberadaan modal
ventura (ke 17), kapasitas inovasi (ke 30), pembelian barang teknologi maju
oleh pemerintah (ke 34), tarif selular bergerak (ke 34). Dua indikator yang relatif baik adalah kualitas sistem
pendidikan (ke 44), dan penggunaan jaringan sosial virtual (ke 48). Sedangkan
indikator yang termasuk dalam peringkat terburuk dunia adalah produksi listrik
(ke 109), pitalebar internet internasional (ke 109), server internet aman (ke
109), rumah tangga dengan akses internet (ke 109), pengguna internet (ke 118),
dan yang terburuk adalah waktu untuk memulai bisnis (ke 124). Lihat Tabel 4.
Beberapa faktor positif yang menentukan Indeks Kesiapan Berjejaring ternyata
tidak terkait langsung dengan TIK, seperti keberadaan modal ventura, kapasitas
inovasi, pembelian pemerintah untuk barang-barang berteknologi maju, dan tarif
seluler yang relatif terjangkau. Demikian juga faktor non-IT juga mempengaruhi
secara negatif kecanggihan IT Indonesia, yaitu masalah listrik dan peraturan
terkait pendirian perusahaan.
Tabel
4. Peringkat Terbaik dan Terburuk Indikator Kesiapan Berjejaring Indonesia;
2012
1 Keberadaan modal ventura (17) Produksi listrik (109)
2 Kapasitas inovasi (30) Pitalebar internet internasional (109)
3 Pengadaan barang teknologi maju
pemerintah (34) Server internet (109)
4 Tarif selular bergerak (34) Rumah tangga dengan akses internet (109)
5 Kualitas sistem pendidikan (44) Pengguna internet (118)
6 Penggunaan jaringan sosial virtual
(48) Waktu untuk memulai bisnis
(124)
Penutup
Peringkat
Indonesia dalam menguasai dan memanfaatkan TIK yang diukur dengan Indeks
Kesiapan Berjejaring ternyata tidak begitu menonjol dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lain atau negara-negara lain di dunia pada umumnya. Ada
beberapa hal yang perlu dibenahi untuk meningkatkan manfaat TIK. Lingkungan
pendukung dan kesiapan infrastruktur perlu diperluas dan ditingkatkan
kualitasnya, dan penggunaan TIK dalam berbagai bidang perlu diperhatikan lebih
serius lagi.
Agar
dapat dikategorikan sebagai negara sekelas dengan China dan India, pemerintah
perlu mempunyai target yang lebih tinggi lagi, dengan program-program
pengembangan dan penggunaan TIK yang lebih terfokus. Pemerintah perlu
mempelopori penggunaan TIK dalam bidang-bidang yang masih lemah, mendorong
pelaku bisnis untuk memanfaatkan TIK dan memberi insentif bagi industri dan
perguruan tinggi untuk mengembangkan berbagai aplikasi yang bermanfaat.
Diharapkan, dengan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih tersebar,
terjangkau, dengan aplikasi yang semakin beragam, maka kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat semakin meningkat
Kesimpulan menurut saya:
Dapatsaya simpulkan abhwa latarbelakang teknologi
atau pengetahuan serta IT teknologi indonesia sangat tertinggal jauh oleh
beberapa negara lain di duinia ini dikarenakan beberapa faktor yang
memepengaruhi seperti misalnya indonesia belum bisa terlalu memikirkan
teknologi dikarenakan indonesia masih harus memeikirkan faktor lain yang
menghambat kemajuannya seperti kemiskinan pendidikan transportasi yang kurang
rapi korupsi yang merajalela dan masih banyak hal yang lainnya yang membuat
pemerintah kurang begitu memeperhatika teknologi disamping itu faktor utama
yang membuat teknologi di indonesia kurang maju menurut saya adalah karena
tingkat pendididkan yang rendah dimana masih banyak masyrakat di indonesia yang
masih belum banyak yang mengetahui tentang penggunaan teknologi itu sendiri
terutama di daerah – daerah pedalaman di indonesia, disamping itu sikap dan
sifat ketradisionalan masayarakat indonesia kadangkala membuat mereka sendiiri
sangat menjungjung tinggi nilai – nilai kebudayaan atau dalam arti lain
primodialisme sehingga yang terjadi adalah ketidaksiapan dalam menerima
perubahan, meneurut saya sikap primordialisme itu memang sangat baik namun
kadangkala kita juga harus bisa memahami sesuatu yang lebih baik, dimana
seharusnya indonesia dengan begitu banyak kebudayaan di negaranya serta
kemajuan teknologi searang ini bisa dengan mudah memnyebarluaskan budayanya
atau memberitahu masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kebudayaan yang
sangat banyak, namun karena kekurangan pemahaman tentang teknologi menurut saya
yang menjadi penghambat negara kita kurang bisa bereksplorasi, dimana banyak
sektor – sektor kebudayaan dan pariwisata yang jika di sebarluaskan ke
mancanegara akan mendapatkan hasil atau pendapatan bagi negara kita sendiri
tentunya, memang sungguh sangat disayangkan keterbatasan pemahaman akan
teknologi ini membuat negara kita ini kurang diketahui orang bahkan lebih
mengetahui BALI ketimbang indonesia.
Berikutta ada sebuah artikel yang saya ambil dari
internet yang memang membuat saya sedikit tertawa setelah membacanya, !
silahkan lihat :
Tatakota di
indonesia, khususnya jakarta masih semerawut. Pelayanan publik dan sampah
menjadi PR yang tak kunjung selesai. Seandainya saja Indonesia bisa seperti…
Kemacetan adalah masalah terbesar yang dimiliki kota
metropolitan, jakarta. Sikap tidak disiplin para pengendara plus kurangnya
perhatian pemerintah seakan menjadikan “macet” sebagai ikon ibu kota jika saja
lalulintas di jakarta seperti ini…
Permasalahan Kereta Api...
jika saja fasilitas kereta api seperti…
bus kota
jika saja bus kota seperti…
Pengguna Motor
jika saja semua sadar seperti…
Sikap Pengayom Masyarakat?
jika saja sikap polisi seperti…
kawasan sungai kumuh
jika saja pemanfaatan sungai di jakarta seperti…
Sekolah
jika saja semua sekolah seperti…
Buang Sampah Pada Tempatnya
Jika saja orang2 sadar akan kebersihan, maka akan seperti…
Jagalah Taman Kota
jika saja orang2 menggunakan taman seperti…
Pemeliharaan Telepon Umum
jika saja pemeliharaan telepon umum di jakarta seperti…
Tidak Tau apa Tidak Mau Tau?
jika saja orang2 sadar dan peduli seperti…
dan inilah impian semua publik indonesia
sepakbola
jika saja semangat indonesia dan pengurus pssi seperti…
TERNYATA INI BIANGKEROK NYA BOI...
Dibayar Untuk Tidur?
jika saja pejabat kita tidak “molor”, tapi bener2 seperti…